Rabu, 09 Februari 2011

Potret "Kehidupan Pasar"


Tawar menawar, jual beli, saling bertegur sapa, tempat semua orang berkumpul dari pagi hingga malam.
Tempat yang tak pernah sepi, selalu ramai akan banyak hal. Disini banyak orang mengais rejeki untuk menghidupi keluarga dan dirinya sendiri. Dan disinilah banyak orang menggantungkan hidupnya.
Inilah potret "Kehidupan Pasar di Masyarakat"

Minggu, 21 November 2010

3 Kunci Utama Dalam Memotret

dslr-manual-header.jpgBegitu banyak tips & trick serta teori-teori yang beredar di belantara internet maupun tercetak di berbagai macam literatur ataupun buku-buku untuk bisa menghasilkan foto yang‘wow’ dimata siapa saja. Dari sekian banyak artikel dan tips yang ada tersebut, ada tiga faktor kunci yang harus diperhatikan oleh siapapun yang ingin mahir didalam dunia fotografi.
Ketiga faktor utama tersebut adalah :
  1. Jarak (fokus) berfungsi untuk menentukan antara obyek yang akan difoto dengan titik fokus lensa menjadi sama, sehingga momentum yang akan diabadikan menjadi jelas dan tidak blur. Untuk setting fokus di kamera SLR biasanya dengan memutar ring fokus yang ada di lensa bagian depan.
  2. Diafragma (aperture) seringkali disebut juga dengan lubang lensa berfungsi membatasi cahaya yang masuk kedalam proses pengambilan foto. Semakin terang cahaya, maka semakin kecil lubang lensa yang dibutuhkan (dalam hal ini semakin besar nilai dari apperture yang harus kita set dikamera), semakin sedikit cahaya yang ada, maka semakin besar apperture yang harus dibutuhkan. Untuk settingaperture priority secara manual biasanya diberi tanda Av (lihat gambar)
    Contoh : setting aperture pada f/2 berarti membuka diafragma lebih lebar jika dibandingkan dengan setting f/5,6
  3. Kecepatan (shutter speed) berfungsi untuk mengambil foto yang obyeknya bergerak, semakin cepat obyek tersebut bergerak, maka semakin kecil nilai shutter speed yang harus kita set. Untuk setting shutter priority secara manual biasanya diberi tanda Tv (lihat gambar)
    Contoh : setting shutter pada 1/200 adalah lebih cepat jika dibandingkan dengan setting shutter speed pada 1/4 ataupun 2″.
Keahlian didalam dunia fotografi pada intinya adalah kombinasi dari keahlian didalam mensinkronkan ketiga hal diatas secara refleks dan fleksibel mengikuti event yang sedang berlangsung. Tidak jarang kadangkaladibumbui dengan efek-efek dan teknis-teknis lainnya guna memanipulasi ketiga faktor utama diatas jika tidak memungkinkan dalam kondisi yang ideal.
Misalnya dengan cara menambahkan lampu flash tambahan untuk mengatasi minim-nya cahaya yang memapar obyek yang hendak diabadikan, tripod / monopod untuk mengatasi guncangan atau mengabadikan momentum dengan kecepatan super lambat, jenis-jenis lensa untuk menjangkau tempat-tempat yang berbahaya untuk dijangkau dengan jarak dekat, setting ISO dan lain sebagainya.

14 Tips Memotret Landscape

1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
3193707335.jpgSebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah “tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon”. Konsep dasar teori “oldies” ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (DOF) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.
2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.
3. Carilah Focal point atau titik focus
3193707339.jpgTitik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto.
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.
Pada contoh foto disamping, focal point adalah org berpayung yang berbaju merah
4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita.
3193707350.jpg5. Pilih langit atau daratan
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise, akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak selalu dead center adalah jelek.
6. Carilah Garis/Lines/Pattern
3193707354.jpgSebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto landscape anda. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut.
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.
7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture) langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak, pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat Rule #13.
3193707357.jpg8. Bekerja sama dengan alam atau cuaca
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting. Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.
9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas. 3193707361.jpg
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.
Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2 gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat. Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan texture pada langit biru.
10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat Rule #12
3193707366.jpg
- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.
Contoh foto disamping adalah salah satu dr foto yang saya ambil amannya (save) untuk posisi horizon pada saat eksekusi. Oleh krn itu horizon saya letakkan pas ditengah saja, dgn harapan pada saat itu, saya bisa melakukan cropping nantinya (baik dicrop bagian atas atau pun bagian bawah).
11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini, kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
3193707367.jpgTerutama jika anda sering travelling, baik itu ke tempat yang sudah umum atau ke tempat yang jarang di kunjungi fotografer. Ada kalanya kita ada pada suatu spot dimana foto dari lokasi itu sudah merupakan lokasi “sejuta umat” dimana ratusan bahkan ribuan fotografer pernah memotret di spot yg sama dan menghasilkan foto yang mirip atau beda-beda tipis.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.
Kalau tidak keberatan tiduran sejenak di aspal.
12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon
3193707371.jpgMemang dgn semakin mudahnya penggunaan software dan semakin canggihnya feature software pengolah gambar untuk memperbaiki/koreksi kesalahan pada saat eksekusi yang bisa mengatasi kesalahan exposure atau kemiringan horizon, penggunaan alat2 tersebut diatas kadang terasa kurang diperlukan, tapi umumnya “get it right the first time” akan bisa menghasilkan foto yang lebih baik dan natural, dibandingkan kalau foto itu harus dipermak habis-habisan nanti hanya agar bisa tampak “baik”.
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.
13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm, 16mm, dst), wide (20mm - 35m), medium, (50mm - 85mm), hingga tele/super tele (100mm - 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.3193707372.jpg
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.
14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan. Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip, overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa.

Tips Memotret Candid

candid.jpgcandid photography biasanya adalah foto jenis portrait (potret) wajah dalam pose yang tidak biasanya dan natural.
Salah satu kelebihan dari seni photography jenis ini adalahhuman interest dan mood yang berhasil didapatkan secaracandid (diam-diam), semakin natural, spontan dan ekspresif foto tersebut, maka semakin tinggi nilai jualnya. Tapi alangkah baiknya Anda melakukan pendekatan secara personal terlebih dahulu sebagai adat sopan santun kita sebelum (sesudah) mengambil foto mereka secara candid jika memungkinkan.
Fotographer candid rata-rata menggunakan lensa zoom tele(jauh) untuk mendapatkan hasil karya mereka. Dengan menggunakan lensa diatas ukuran focal length 70mm misalnya, maka akan diperoleh respon dari obyek lebih natural jika dibandingkan dengan lensa wide (28mm misal). Karena sangfotographer dan obyek yang akan diabadikan terdapat jarak aman serta berada diluar zona privasi dari si obyek.
Hampir sebagian besar paparazzi menggunakan lensa tele super panjang untuk bisa menangkap sasaran obyek yang jauh disana tanpa sepengetahuan mereka secara candid juga. Tapi tolong dibedakan antara foto candid yang diambil oleh paparazi dengan foto candid yang dilakukan secara spontan dan secara terbuka (sepengetahuan obyek).
Bawa selalu kamera Anda dan dalam kondisi siap sedia. Itulah kunci utama untuk bisa mendapatkan fotocandid dan momen-momen yang tidak terduga secara spontan. Kamera poket ataupun kamera handphone disini mempunyai nilai lebih jika dibandingkan dengan kamera jenis SLR yang rata-rata berukuran jumbo. Karena kepraktisan didalam hal akomodasi tersebut, maka momen yang terjadi sekilas langsung bisa diabadikan secara instan dengan kamera jenis point and shoot itu.
Matikan flash dari kamera Anda agar tidak mengganggu privasi dari orang tersebut. Pergunakan cahaya alami (dari matahari / sinar lampu yang ada) untuk mendapatkan suasana sesungguhnya dari foto candid Anda.
Pergunakanlah serial-shooting yang ada di kamera Anda jika memungkinkan untuk mendapatkan ekspresi wajah yang tidak terduga dari rentetan sebuah kejadian. Kamera SLR rata-rata mempunyai continous-shoot sebanyak 3 frame keatas dalam satu detiknya. Coba check apakah dikamera Anda mempunyai fasilitas ini, dan pergunakanlah fitur ini untuk hasil yang maksimal.
Carilah posisi yang strategis termasuk posisi latar belakang yang pas untuk foto yang akan Anda ambil secara candid. Hal ini guna mendukung cerita dari foto tersebut. Jika memungkinkan, ikut sertakan pula suasana disekitarnya dalam frame foto Anda.
Jangan lupa untuk mengabadikan orang berikut dengan aktifitas mereka. Foto tukang sapu jalanan akan lebih bercerita ketika dia sedang menyapu trotoar di pinggir jalan, begitu juga halnya foto seorang pengemis yang meminta-minta di perempatan jalan pun akan bercerita lebih jika kita ikut sertakan hiruk pikuk kemacetan lalu lintas disekitarnya. Hal ini akan menambah nilai dari cerita foto tersebut.
Belajarlah untuk memotret pada posisi-posisi sulit dan tidak semestinya, misalnya memotret setinggi pinggang Anda atau memotret melalui balik saku jaket secara cepat dan akurat. Nilai lebih dari foto candid adalah ekspresi dari obyek yang kita abadikan. Semakin natural dan nyaman ekspresi mereka ketika kita ambil gambarnya, maka semakin bagus nilai foto tersebut. Foto yang diambil dari sudut pandang yang tidak wajar ini juga mempunyai nilai tambah lainnya. Berlatihlah terus dengan posisi-posisi sukar lainnya.
Pergunakan frame alami yang ada disekitar kejadian. Bahu orang yang sedang berjalan, cabang ranting pohon, celah dari kursi atau meja. Sehingga seolah-olah kita tidak sedang mengambil foto orang yang kita tuju. Hal ini tentu saja akan lebih mudah jika Anda menggunakan lensa tele yang jauh.
Selamat mencoba, dan semoga tips diatas bermanfaat buat kita semua. 

Tips Memotret Saat Senja (Sunset)

sunset2.jpg
Memotret dikala senja mempunyai trik dan tantangan tersendiri yang harus Anda perhatikan dengan seksama. Karena waktu emas (golden hour) dari senja (sunset) ini teramat singkat, sekitar 1 jam sebelum matahari terbenam hingga 30 menit setelah matahari terbenam. Jadi total jendral kira-kira hanya sekitar 1,5 jam saja. Untuk acuan waktu terbenam matahari secara tepat adalah waktu adzan maghrib tiba. 
Tripod sangat dibutuhkan untuk pemotretan dikala senja, suasana yang mulai mendekati remang-remang (tamaram) mengharuskan settingan exposure dalam posisi shutter speed lambat daripada biasanya. Dengan penggunaan tripod yang kokoh Anda bisa bereksprerimen dengan berbagai macam settingan yang lainnya. Misalnya menangkap pergerakan ekor cahaya dari lampu-lampu yang mulai menyala, ataupun mengabadikan pergerakan awan yang berarak-arak pelan di angkasa senja (seperti pada foto panorama sunset diatas) dengan sempurna tanpa terjadinya goncangan yang mengakibatkan foto menjadi blur (buram).
Hindari memasukkan bulatan matahari ke dalam frame foto Anda secara langsung. Apalagi ketika kontras cahayanya masih cukup keras (terang). Hal ini akan merusak warna-warna emas yang ada disekitarnya dan mengakibatkan foto Anda over-exposure (mbulak : bahasa jawa nya). Tips untuk mengakalinya adalah dengan menyembunyikan matahari dibalik bayang-bayang pohon, ataupun mengeluarkan matahari dari frame foto Anda, sehingga yang Anda abadikan adalah bias cahaya keemasannya yang menyinari subyek / obyek yang akan Anda abadikan (seperti pada contoh gambar dibawah).
Jangan langsung berkemas-kemas ketika matahari telah terbenam di ufuk barat, tapi abadikan juga saat-saat setelah sunset, yang biasa disebut sebagai blue hours, dimana langit mempunyai gradasi antara hitam kelam diatas kepala Anda hingga ke kuning cemerlang (orange) di ufuk barat sana. Fenomena blue hours ini hanya berlangsung kira-kira 15 menit - 30 menit saja setelah matahari terbenam, setelah itu langit akan berubah menjadi hitam kelam ataupun biru kelam secara keseluruhan. Gunakan waktu sebaik mungkin. Dapatkan foto sebanyak-banyaknya untuk nantinya dipilih mana yang terbaik dari sekian exposure yang telah diambil.
senja1.jpgTemukanlah obyek untuk dijadikan sebagai foreground dari foto sunset Anda. Bisa berupa pohon, orang, kendaraan, gedung, rumah ataupun yang lainnya. Matikan flash kamera Anda untuk mendapatkan efek siluet dari obyek tersebut.
Nyalakan flash kamera Anda untuk mengisi (fill-in) obyek tersebut sehingga terlihat wajah / wujud asli dari obyek tersebut secara seimbang .
Pergunakan filter Anda untuk mendapatkan efek-efek gradasi yang lebih dramatis. Seperti halnya pada foto panorama diatas, dimana sisi sebelah kiri berwarna orange cerah kemudian berangsur-angsur berubah ke biru (ungu) secara gradual ke arah sebelah kanan. Hal ini bisa Anda dapatkan juga dengan program olah digital seperti Adobe Photoshop jika Anda tidak mempunyai filter-filter yang khusus untuk mendapatkan efek tersebut.
Perbanyak komposisi awan (langit) dibandingkan dengan daratan didalam frame foto Anda. Langit diwaktu senja lebih menarik untuk diabadikan ketimbang daratan yang rata-rata bercorak hitam kelam karena efek siluet dari sinar matahari yang ada di depan Anda.
Disiplinlah ! Mengabadikan waktu senja / sunset membutuhkan kesabaran dan kedisiplinan yang tinggi. Datanglah ke lokasi beberapa jam sebelum matahari terbenam, sehingga Anda bisa mempersiapkan segala sesuatunya dengan tepat. Jangan sampai Anda direpotkan oleh ritual-ritual lainnya pada saat senja tiba. Ingat waktu Anda untuk mengabadikan sunset hanya sekitar 1 - 1,5 jam saja. Jadi, disiplinlah pada diri sendiri !

Selamat mengabadikan waktu dikala senja dan teruslah menjepret lingkungan sekitar Anda.

Rule of Thirds, komposisi layout fotografi

rivertree_thirds_md.gifPada saat kamera sudah ditangan, obyek didepan mata, maka naluri seorang fotografi pun harus peka terhadap setiap momentum yang bisa terjadi setiap saat.
Tapi apalah artinya itu semua, apabila hasil foto yang berhasil diabadikan dengan cahayaitu diluar dari harapan ataupun selera para pemirsanya ?
Oleh sebab itu terlahirlah sebuah acuan yang hampir bisa dipastikan akan menghasilkan foto sebuah momentum secara luar biasa dimata semua orang.
Tips-nya cukup singkat dan sederhana, siapapun bisa meng-aplikasikannya. Tidak diperlukan kamera DSLR nan begitu mahal seharga sepeda motor merk ternama, ataupun gelar sarjana fotografi untuk mengikuti tips dibawah ini.
Yang diperlukan hanyalah keberanian sertakegigihan untuk terus belajar dan mencobanya terhadap setiap kesempatan yang ada.
Tips itu adalah ‘The Rule of Thirds’, yang mempunyai arti secara sederhana : bagaimana kita meletakkansebuah obyek utama didalam frame foto yang kita ambil.
Sebenarnya ini bukan aturan baku ataupun utama didalam dunia fotografi, tapi ini hanyalah sekedar sebuahpanduan untuk mendapatkan foto yang ‘lebih pas’ komposisinya didalam frame foto yang ada.
Seperti yang tertulis disana, definisi Rule of thirds ini disederhanakan menjadi “Apabila memungkinkan, letakkan obyek utama foto Anda pada sepertiga jarak dari tepi ‘frame foto’ Anda. Terserah apakah itu 1/3 dari frame sebelah kiri, atas, bawah, kanan maupun kombinasi diantara keduanya (1/3 dari pojok kanan atas)”.
Yap, untuk teori sepertinya sudah cukup, sekarang kita langsung ke praktek. Karena dengan praktek, maka sesulit apapun teori yang ada akan terlihat ‘mudah’ dalam sekejap. Fasten your seatbelt, please .. ;)
Coba perhatikan gambar dibawah ini :
bike_01.jpg
pada gambar diatas, komposisi layout dari sepeda ada ditengah-tengah frame. Komposisi ini seringkali dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh hampir sebagian besar fotografer (amatir maupun profesional).
Sekarang kita coba geser sedikit frame pengambilan foto kita seperti dibawah ini :
bike_02.jpg
Bingo !! inilah yang disebut dengan ‘Rule of thirds’. Obyek yang sama, tapi hasil yang ‘jauh’ berbeda bukan ?
Masih kurang paham ?? Ok, kita lanjut kedalam contoh selanjutnya berikut ini :
surfer_01.jpg
Foto dari seorang peselancar dengan latar belakang yang sungguh menawan, ada yg kurang kah ? Coba kita perhatikan foto selanjutnya setelah kita terapkan ‘Rule of thirds’ pada momen diatas.
surfer_02.jpg
Tadaaaaa …. penilaian tim juri pun akan berubah dengan drastis. Setuju ?
Masih kurang paham juga sodara-sodara ?
Ok, contoh selanjutnya kita beri sedikit panduan garis untuk lebih jelas penerapaan ‘Rule of Thirds’-nya.
crw_6397_ctr.jpg
Burung diatas di foto pada frame tengah, pada area Death Zone. Biasa-biasa saja hasilnya.
Sekarang bandingkan jika kita terapkan ‘Rule of Thirds’ dibawah ini :
crw_6397_rot.jpg
Semakin menarik bukan ?? hehehehe :D
Berikut ini contoh-contoh foto yang di frame dengan menggunakan ‘Rule of Thirds’, semoga makin paham dan jelas dengan contoh-contoh dibawah ini. ;)
india_05.jpg

bay_02.jpg

crw_3328_rot.jpg
crw_5904_rot.jpg

crw_8028_rot.jpg

Akhirnya …
Semoga tips diatas dapat berguna buat kita semuanya untuk terus memahami dan mencintai dunia fotografi. 



17 nov 10'